Tue. Dec 30th, 2025
Romo Mudji Sutrisno Wafat, Sosok Rohaniwan dan Budayawan yang Dikenang

Prediksi HK — Romo Mudji Sutrisno, rohaniwan, filsuf, dan budayawan yang dikenal aktif dalam isu kemanusiaan dan dialog antaragama, telah mengembuskan napas terakhir pada Minggu, 28 Desember 2025 dalam usia 71 tahun. Kabar duka ini menyisakan duka mendalam bagi banyak kalangan, termasuk dari Menteri Agama Nasaruddin Umar.

Nasaruddin Umar menyampaikan ungkapan duka cita dan mengenang Romo Mudji sebagai sahabat dalam dialog lintas iman. “Kami berduka mendengar kabar Romo Mudji wafat. Selamat jalan sahabat dialog lintas iman,” ujarnya. Ia mengenang pertemuan-pertemuan mereka dalam berbagai forum yang membincangkan toleransi dan perdamaian.

“Saya mengenal Romo Mudji sebagai figur yang sangat menghargai nilai-nilai kebudayaan dalam beragama. Romo Mudji sering memberikan perspektif seni dan estetika dalam nilai spiritual, dan itu sejalan dengan keberagamaan yang inklusif dan moderat,” kenang Nasaruddin Umar. Salah satu momen terakhir kehadiran publik Romo Mudji adalah pada Seminar Natal Nasional 2024 di Kementerian Agama, di mana ia memberikan perspektif mengenai humanisme dan ekologi dalam konteks keagamaan.

Sosok Multitalenta: Rohaniwan, Filsuf, dan Budayawan

Franciscus Xaverius Mudji Sutrisno lahir di Surakarta pada 12 Agustus 1954. Panggilan untuk menjadi pastor telah dirasakannya sejak muda, didorong oleh keinginan untuk dekat dengan pergulatan hidup manusia sehari-hari. Ia berhasil memadukan panggilan religiusnya dengan keterlibatan aktif dalam persoalan sosial, budaya, dan kemanusiaan.

Latar belakang pendidikannya yang kuat memperkuat posisinya sebagai seorang intelektual. Romo Mudji meraih gelar doktor dalam bidang filsafat dari Universitas Gregoriana, Italia, yang menjadi landasan bagi pemikiran-pemikiran kritis dan mendalam yang dihasilkannya.

Jejak Pemikiran dan Karya Seni Romo Mudji

Sepanjang hidupnya, Romo Mudji dikenal sebagai penulis yang produktif. Esai, refleksi rohani, dan puisi-puisinya banyak membahas iman dalam konteks sosial Indonesia, pendidikan karakter, serta kepekaan terhadap penderitaan dan ketidakadilan.

Beberapa karya tulisnya yang terkenal antara lain “Sunyi Yang Berbisik” (2020), “Oase” (2020), “Rekah Puisi” (2019), “Tu(l)ah Kata” (2018), “Esai-Esai Untuk Negeri” (2015), dan “Krisis Peradaban” (2013). Ia juga menulis buku tentang pemikiran Driyarkara dan teori kebudayaan.

Ekspresi Spiritual Melalui Sketsa

Di luar dunia tulis-menulis, Romo Mudji mengekspresikan pengalaman spiritualnya melalui seni sketsa. Baginya, sketsa adalah bahasa lain ketika kata-kata tak lagi cukup. Karya-karya sketsanya menampilkan garis-garis sederhana yang merekam keheningan batin, relasi manusia dengan Tuhan, serta perjalanan iman.

Sejumlah pameran pernah digelarnya, seperti “Dari Stupa ke Stupa” (2014) di Taman Ismail Marzuki, “Paskah Gabah: via Crucis” (2016), dan “Kumandang ing Sepi” (2017, 2018). Pameran terbarunya, “Dari Gereja ke Gereja” yang menampilkan 55 sketsa gereja di Jakarta, digelar pada September 2025.

Dedikasi dalam Pendidikan dan Keterlibatan Publik

Sebagai akademisi, Romo Mudji mengabdikan diri sebagai pengajar filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta, Universitas Indonesia (UI), dan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Ia dikenal dekat dengan mahasiswa dan aktif berdialog mengenai nilai kemanusiaan, etika, serta peran iman dalam kehidupan modern.

Perannya di dunia pendidikan memperkuat posisinya sebagai jembatan antara iman, ilmu, dan budaya. Romo Mudji juga pernah menjabat sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2001-2003, namun memilih mengundurkan diri untuk lebih fokus pada dunia pendidikan, menunjukkan komitmennya yang mendalam pada kebaikan publik dan pembangunan karakter bangsa.

By admin